lamno – penghasil robusta terbaik di NAD

This slideshow requires JavaScript.

Kopi Aceh tentu hampir semua orang tahu. Kata Solong, Jasa Ayah, Ule Kareeng, Gayo, atau Takengon mungkin adalah kata-kata yang akan terbayang ketika kata kopi + aceh disatukan. Tapi dari sekian banyak penikmat kopi, berapa banyakkah yang pernah mendengar kata Lamno?

Lamno adalah sebuah kelurahan di kabupaten Aceh Jaya, NAD, sekitar 3 jam perjalanan dari kota Banda Aceh, melalui daerah Greute yang sangat cantik.  Sebuah kelurahan yang cukup kecil, dengan pasar Lamno sebagai pusat aktifitas penduduknya.  Pekerjaan yang biasa dilakukan penduduk adalah bertani, baik bertanam palawija, padi hingga kopi.  Ketika tsunami melanda Aceh, Lamno adalah satu area yang hancur cukup parah dan terisolir cukup lama. Parahnya tsunami menghantam Lamno dapat dilihat dari hilangnya sebuah kelompok peranakan Aceh-Portugis, yang dikenal sebagai suku mata biru.

Reputasi Lamno sebagai penghasil kopi jagoan sudah terkenal sejak jaman dahulu. Robusta mereka dicari dan diperebutkan oleh kilang (pabrik) serta warung-warung kopi. Walau robusta juga ditanam di daerah-daerah lain, termasuk di dataran tinggi Gayo, tetap robusta dari Lamno yang menjadi acuan. Apa sih yang sebetulnya membedakan?

Robusta ditanam di Lamno di lahan dengan ketinggian dibawah 100 meter diatas permukaan laut. Pohon robusta dari dahulu ditanam secara organik, alias tanpa penambahan pupuk atau penggunaan pestisida. Bila pada arabika ketinggian pohon dijaga untuk memudahkan perawatan, pemanenan dan untuk menjaga masuknya sinar matahari kesela-sela pohon, robusta di Lamno sini dibiarkan tumbuh tinggi. Setelah mencapai ketinggian tertentu, ujung pohon akan direbahkan dengan cara diikat dan ditarik menggunakan seutas tambang. Satu lagi kebiasaan baik yang dilakukan disini dari dahulu, adalah kebiasaan petik merah, alias buah yang dipanen benar-benar buah yang telah matang benar.

Walau tetap dihargai dengan harga yang tinggi, produksi robusta di Lamno menurun tahun demi tahun. Pada tahun 1978 kebun kopi di Lamno sempat dihantam banjir besar Pada jaman konflik, produksi kembali jatuh karena pagar-pagar kebun dipotong aparat yang berpatroli, mengakibatkan masuknya sapi, kerbau dan kambing, menghancurkan pohon yang ada. Setelah konflik berakhir, petani kembali giat menanami kebun kopi mereka, namun kali ini mereka harus bertarung dengan monyet-monyet  yang terpaksa turun gunung mencari makan karena habitat mereka mulai rusak.

Lalu seperti apa sih karakter kopi yang dihasilkan? Walaupun kopi yang saya minum disangrai secara tradisional, memakan waktu 2 jam, dan diberi penambahan gula pada proses pendinginan, saya masih bisa merasakan karakter buah sangat matang, aroma bunga halus, dan sedikit karakteryang mengingatkan akan pepaya dan pisang matang. Karakter bodynya pun cenderung tebal, dengan karakter coklat yang cukup dominan.

Saya mengaku bahwa lidah saya tidak terlatih untuk membedakan karakter rasa robusta. Saya terlatih menganalisa arabika. Namun karakter yang saya temukan di robusta Lamno ini asli membuat saya penasaran. Bagaimanapun, segala sesuatu yang diperlakukan dengan benar, biasanya akan menghasilkan hasil yang baik.

5 thoughts on “lamno – penghasil robusta terbaik di NAD

  1. wah padahal saya pernah bertugas selama 4bulan di Lamno dan tidak tahu soal ini.. apalagi saya lebih suka robusta daripada arabika. makin nyesel deh.

Leave a reply to muharman Cancel reply